[FF] Drunk On You // Twoshot (Part 2)

 

Title: Drunk On You PART 2

 

Main Casts:

Shin YeonMi || Kim RyeoWook 

 

Genre: Fluff, romance

 

Length: Twoshots

 

Rating: PG-17

Disclaimer: This is my original fanfic! The plot of story is pure from my brain~

This story and Kim RyeoWook are mine! This story is just fiction, so bashing and plagiarism are not allowed!

A/N: Another old file in my folder~

Dipost demi melestarikan FF straight ryeowook x oc yang SANGAT LANGKA 😦

Made on 2016

WATCH: Ryeowook’s Incheon house on Ryeowook’s AGIT

 

Before & After Stories:

Heart Break

The Feelings Changed

Love Like This

Winter in Love

Our Love – Part 1 / Part 2  / Part 3 / Part 4  / Part 5   / Part 6   /  Part 7 (1/2)  /Part 7 (2/2)

Shocking Morning

Her Blush

 Flu

Recharging!

Home Sick

Han River’s Contract

Dumb & Dumber

Busted

The Reason

The Little Cactus

Drunk On You Part 1 / Part 2

 

 

– STORY BEGINNING –

 

 

PART 2

 

 

“RyeoWook-ah wasseo? Aku akan bersiap sebentar lagi. Masuklah!” sambut YeonMi begitu membuka pintu apartemennya. Tanpa basa basi, gadis dengan apron pink tersebut langsung berbalik. Mengayunkan kaki dengan langkah ringan, seakan lupa bahwa ia baru saja kabur dan RyeoWook butuh penjelasannya sekarang juga.

 

RyeoWook hanya menatap tajam punggung YeonMi yang lagi-lagi meninggalkannya tanpa penjelasan. Pria yang nampak sudah rapi dengan kemeja hitam santainya itu hanya mendesah pasrah sebelum ikut masuk. Ia sudah hafal betul dengan perangai adik dari teman segrupnya ini.

 

“Sebenarnya apa yang kau lakukan huh?” tanyanya tatkala menemukan YeonMi sedang melakukan sesuatu di dapur, bersamaan dengan aroma sedap yang menghampiri indra penciumannya. Pria itu langsung menduduki kursi di hadapan counter dapur, tempat paling strategis untuk memperhatikan YeonMi yang tengah sibuk.

 

“Kau pasti terkejut karena aku tiba-tiba pergi kan? Hehe mian” gadis itu terkekeh hambar dan melemparkan senyum bersalahnya. Iapun dengan hati-hati memindahkan sebuah panci kecil dari atas kompor, ke meja hadapan RyeoWook.

“Aku menyiapkan sesuatu untuk Abeoji. Belakangan ini aku sedang belajar memasak sup rumput laut” jelas YeonMi seraya menatap RyeoWook, berharap belasan bungkus rumput laut dan bumbu-bumbu yang dibuangnya beberapa waktu terakhir tidaklah sia-sia.

 

“Woah jinjja!?” RyeoWook cukup terkejut mendapati panci yang masih dikepuli asap itu ternyata berisi sup rumput laut, makanan ‘wajib’ untuk seseorang yang berulangtahun. Sejak kapan Shin YeonMi bisa memasak makanan ini?

 

“Um! Cobalah” YeonMi hanya mengangguk dengan senyum terkulum lalu menyodorkan sebuah sendok ke hadapan RyeoWook. Ia sudah mencicipinya sendiri tadi dan merasa bahwa ini adalah sup rumput laut terbaik buatannya.

 

Kim RyeoWook membalas tatapan YeonMi, memiringkan wajah dengan tatapan tajam. Tersirat keraguan di wajah tampannya.

“Uh?? Haruskah?”

 

“Ya!!” ujar YeonMi seraya menggertakan giginya. Apa RyeoWook secara tak langsung baru saja menyatakan bahwa ia takut tak bisa menghadiri ulangtahun Ayahnya akibat keracunan? Astaga! Bisakah ia sekali-kali tidak meragukan masakanku?! Umpatnya dalam hati.

 

RyeoWook hanya terkikik memamerkannya gigi putihnya itu, merasa berhasil menggoda gadisnya. Sebenarnya ia tidak pernah keberatan membantu YeonMi yang tengah berusaha keras belajar memasak, ia bahkan sudah kebal menghadapi eksperimen masakan-masakan YeonMi yang memiliki cita rasa unik dan tak dapat ditemukannya dimanapun itu.

 

Arasseo, arasseo

 

RyeoWook perlahan menyendokan sup panas itu, meniupnya sejenak sebelum mencicipinya.

Pria ini nampak mendecap-decapkan lidahnya sesaat sebelum akhirnya matanya mendelik kaget ke arah YeonMi.

 

“Oh- tidak buruk.. Ini enak! Kau benar-benar yang membuatnya??”

 

“Benarkah!?” mendengar reaksi RyeoWook, YeonMi tak bisa menyembunyikan senyum lebar dan binar matanya. Terlebih saat pria itu menyendokan supnya untuk kedua kalinya dan lagi-lagi bergumam bahwa ini enak.

“Um! Aku sering membuatnya belakangan ini! Cha~ aku akan membawa ini untuk Abeonim” jelasnya antusias kemudian mengangkat panci itu kembali, memindahkan isinya ke dalam termos kecil sehingga ia bisa membawanya ke Incheon. Tentu ia tidak boleh datang dengan tangan kosong, kan?

 

“Oh~ kerja bagus, Yeon-ah!” puji RyeoWook dengan senyum bangga. Sekarang ia paham bahwa menu yang tengah dipelajari YeonMi belakangan adalah sup rumput laut. Dan.. Gadis itu berhasil!

Ia bahkan menyempatkan diri -bahkan sampai kabur- demi memasak ini untuk ulangtahun Abeojinya, RyeoWook sedikit merasa tersentuh dibuatnya. Sial, ia semakin tidak punya alasan saja untuk berhenti mencintai gadis tersebut.

 

“Aku akan bersiap-siap. Tunggu sebentar, RyeoWook-ah

 

 

~***~

 

 

“Ada apa?”

 

“Em, jantungku berdebar kencang sekarang..”

 

Gadis yang mengenakan blouse berwarna lavender dengan rok putih selutut itu nampak baik-baik saja tadi sampai mereka tiba di hadapan sebuah pintu yang begitu asing baginya. Pintu yang ia yakin di baliknya ada keluarga RyeoWook yang sedang menanti kedatangan anak satu-satunya itu penuh harap.

 

YeonMi mendadak gugup dengan jantung yang berpacu, banyak hal yang bermunculan di benaknya sekarang. Bagaimana jika keluarga RyeoWook tidak suka kedatangannya di hari spesial ini? Bagaimana jika nanti ia tak sengaja melakukan hal-hal bodoh yang membuat mereka menyuruh putra sematawayangnya untuk menjauhinya?

Memikirkan semua itu membuat YeonMi mendesah gusar dan mual mendadak.

 

RyeoWook hanya mengulas senyum tipis seraya menatap YeonMi.

“Mengapa harus gugup? Kau kan sudah bertemu mereka sebelumnya. Tenang saja, hm?” ucapnya berusaha menenangkan YeonMi. Ayolah, orangtuanya tak semenakutkan itu!

Tapi.. Yah, ia bisa memakluminya. Sesungguhnya ia merasakan hal yang sama kala ia menemui Ibu YeonMi tahun lalu. Tapi bedanya, ia bisa menutupinya dengan sangat baik.

 

YeonMi hanya mencebikkan bibir seraya mengerang sedih seperti anak kecil. Keberaniannya menciut, ia ingin melarikan diri ke Seoul detik ini juga!

RyeoWook tergelak dan mencubit pipi gadisnya yang lagi-lagi bertingkah lucu.

 

“Ayo!”

 

YeonMi menarik nafas sekali lagi seraya menguatkan pelukan pada buket bunga besar yang dibelinya untuk orangtua RyeoWook, sementara pria berkemeja hitam di sebelahnya mulai menekan-nekan angka kombinasi. Tak lama kemudian bunyi nyaring singkat terdengar, pertanda pintu berhasil terbuka.

 

 

Eomma~ Abeoji~ aku pulang”

 

“Oh adeul wasseo!”

 

YeonMi lagi-lagi meletupkan nafas khawatir tatkala kedatangannya langsung disambut oleh suara ibu RyeoWook dari kejauhan, disusul suara derapan langkah mendekat.

Ayo lakukan dengan benar! Ini tak sulit, kau bisa! Ujarnya dalam hati, menyemangati diri sendiri.

 

Gadis tersebut sudah memasang ancang-ancang untuk membungkukkan badan sesopan mungkin, namun bahu tegangnya mendadak mengendur begitu mendapati sesosok bocah lelakilah yang menyembul dari balik dinding.

Sebentar- mengapa ada anak kecil di sini? Keponakannya mungkin? Atau tetangga? Terkanya.

Baiklah, yang jelas YeonMi percaya bahwa bocah itu tak mungkin anak kandung Kim RyeoWook yang selama ini disembunyikan. Jadi ia tak terlalu mempermasalahkan mengenai RyeoWook  yang tak mengatakan apapun tentang anak kecil yang mengunjungi rumahnya.

 

Kedua tangan mungil lelaki cilik yang YeonMi tak ketahui namanya itu menggenggam sebuah mainan dinosaurus berwarna hijau, raut terkejut tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Ia pasti terkejut mendapati orang asing di sini, pikir YeonMi tanpa kuasa menahan kekehannya.

 

“Oh, kau sudah di sini?” Ryeowook menyambut pelukan keponakannya yang berlari kecil kearahnya. Mengangkat tubuh ringannya itu kedalam gendongan sebelum melakukan highfive.

 

“GeonWoo kuat kan?” ucap bocah yang ternyata punya nama itu setelah menepuk telapak RyeoWook kuat-kuat.

 

“Tentu! Kau sudah menjadi seorang Oppa sekarang. Ya ampun, kau sudah besar” balas RyeoWook menepuk-nepuk kecil pipi chubby yang sangat halus milik GeonWoo.

 

Annyeong GeonWoo-ya!” di belakang RyeoWook, YeonMi tengah tersenyum lebar seraya melambai kecil.

Mata jernihnya tak bisa menyembunyikan sorot antusiasnya, membayangkan bahwa hari ini ia akan menghabiskan waktu dengan bermain bersama anak kecil berhasil menghilangkan kegugupan tak bergunanya.

 

Ya, pertanyaan-pertanyaan sebelumnya bukanlah timbul karena ia paling benci berada di sekitar anak kecil, tetapi sebaliknya. YeonMi bahkan sempat bercita-cita untuk bekerja di sebuah day care kelak.

Ia menganggap bahwa bayi dan anak kecil adalah makhluk Tuhan paling menggemaskan di dunia ini dengan jiwa suci di dalamnya. Selain bercocok tanam, ia juga bisa menghabiskan seharian penuh hanya untuk bermain dengan mereka.

 

“Oh ya YeonMi-ya, ini Hwang GeonWoo, keponakanku! Bomi Nuna sedang berada di rumah sakit untuk melahirkan anak keduanya, jadi GeonWoo akan menetap di sini sementara” terang RyeoWook seraya berbalik pada YeonMi, tersenyum sumringah.

Alih-alih tenang, penjelasan bahwa GeonWoo adalah keponakannya dan bukan anak gelapnya justru menyebabkan YeonMi jengkel untuk sekian kalinya, menatapnya tajam RyeoWook seraya menggigit kecil bibirnya.

Astaga, jika RyeoWook mengatakannya lebih awal, YeonMi pasti sudah membeli sesuatu yang istimewa untuk anak dari kakak sepupunya! Bagaimana mungkin ia datang tanpa membawakannya apapnu? Ah, YeonMi sungguh benci kebiasaan RyeoWook yang satu ini.

 

“GeonWoo-ya beri salam. Ini adalah YeonMi Imo!” RyeoWook memperbaiki posisi GeonWoo di lengan bawahnya lalu memperkenalkan YeonMi pada ponakan berusia empat tahunnya ini.

 

Annyeonghaseyo..” kekesalan YeonMi menguap seketika saat suara imut itu terdengar tatkala anak dengan gaya rambut yang terlihat seperti jamur itu menunduk sopan ke arahnya. YeonMi tersenyum lebar dan menyentuh tangan kecil GeonWoo yang hinggap di bahu RyeoWook, menggenggamnya pelan.

 

“Woah~ kau sangat sopan! Senang bertemu denganmu GeonWoo-ya~”

 

Hwang GeonWoo tak membalas ucapan itu dan malah membenamkan wajah ke bahu pamannya, menyembunyikan wajahnya di sana. Terlalu malu untuk menatap YeonMi.

RyeoWook mendengus pelan dan menatap keponakannya bingung.

Yaa! sejak kapan kau malu-malu seperti ini, huh?”

 

Adeul! Oh- YeonMi-ya, kau datang!!”

 

Aannyeonghaseyo Eommonim

 

 

~***~

 

 

“Kau suka daging kan? Makanlah yang banyak YeonMi-ya

 

“Terimakasih Eommonim” YeonMi menunduk berterimakasih ketika ibu RyeoWook di seberangnya baru saja meletakkan sepotong daging ke atas mangkuk nasi YeonMi. Mendahului dirinya sebelum GeonWoo lalu RyeoWook.

 

Gadis ini menatap mangkuk nasinya dengan senyum tipis. Merasa tersentuh karena perlakuan ibu RyeoWook benar-benar mengingatkannya akan ibunya yang berada jauh di sana.

 

Keluarga RyeoWook menyambutnya dengan begitu hangat, terutama ibu RyeoWook yang tak hentinya mengajaknya bicara sampai seolah melupakan keberadaan anaknya sendiri.

Tidak, wanita yang lebih tua beberapa tahun dari Ibunya itu tak melakukan introgasi menyebalkan yang biasa calon mertua lakukan guna menguji mental dan kesabaran dari pasangan anaknya, ibu RyeoWook justru menunjukkan perhatian besarnya melalui semua pembicaraan itu.

 

Sebelum mereka menduduki meja makan untuk menyantap masakannya, wanita berusia lima puluh tahunan itu terus menghujaninya dengan pertanyaan seperti apakah RyeoWook memperlakukannya dengan baik, apa makanan kesukaan YeonMi, dan dengan khawatir terus bertanya mungkinkah ada hal yang membuat YeonMi tak nyaman.

 

Oh jangan lupa ketika ibu RyeoWook -ditimpali suaminya- juga banyak bercerita mengenai masa lalu RyeoWook yang sebagiannya RyeoWook anggap sebagai pembongkaran aib. Terutama ketika pria yang menjadi objek pembicaraan utama itu menemukan YeonMi tertawa terpingkal-pingkal karena cerita-cerita lawas tersebut.

 

“GeonWoo agak sulit makan jika ada orang baru. Tapi lihat ia sekarang, ia makan sangat lahap~” komentar ibu RyeoWook seraya memandang GeonWoo di sebelah YeonMi.

YeonMi hanya tersipu-sipu. Skenario-skenario buruk yang diciptakan olehnya sebagai seorang over thinker sejati, benar-benar terbantahkan. Orangtua RyeoWook benar-benar membuatnya merasa nyaman.

Jangan lupakan juga GeonWoo kecil yang berjasa untuk makin menghidupkan suasana. Bisa dibilang, suasana sangat bagus sejauh ini. YeonMi suka berada di tengah-tengah mereka, RyeoWook benar-benar berasal dari keluarga baik.

 

YeonMi yang duduk di samping GeonWoo telah selesai makan dan yang dilakukannya kini adalah menyandarkan tangan ke meja, memusatkan perhatiannya pada lelaki cilik dengan serbet putih yang melingkari leher itu. Seakan menonton GeonWoo mengunyah makanan merupakan salah satu hiburan kesukaannya.

Oh, jangan lupakan bagaimana tangannya seakan siap siaga terulur untuk menyeka mulut GeonWoo dengan tissue tiap kali makanan mengotori bagian wajahnya.

 

RyeoWook tersenyum memperhatikan keduanya. Ia senang YeonMi bisa merasa nyaman dengan orang tuanya bahkan dengan GeonWoo. GeonWoo memang cukup supel untuk anak seusianya, tapi sebagaimana bocah empat tahun pada umumnya, terkadang ia agak rewel bila ibunya tak ada di sisinya. Tapi lihat sekarang?

Ia bisa berinteraksi baik dengan YeonMi, bahkan merengek untuk duduk di sebelahnya! Dalam hitungan jam, GeonWoo telah menyukai Imo barunya. Jujur RyeoWook agak kaget YeonMi seahli ini menaklukan balita.

 

“YeonMi-ya” RyeoWook yang sejak tadi tak diajak bicara karena orang tuanya dan GeonWoo hanya fokus pada YeonMi, akhirnya bersuara. Cuaca di luar terpantau cerah, ia mulai berpikir untuk menunjukkan tempat-tempat kesukaanya di sekitar sini pada YeonMi.

“Ingin mencari udara segar di luar? Bagaimana jika kita-” sayangnya pria berambut coklat tua itu tak dapat melanjutkan ucapannya karena YeonMi yang baru saja menoleh ke arahnya, kembali memalingkan wajah secepat kilat kala GeonWoo menarik pelan lengan blouse berpitanya.

 

Imo mau membantuku memasang puzzle?” ajak GeonWoo seraya menatap YeonMi penuh harap.

 

RyeoWook mendesis singkat.

“Eheyy Hwang GeonWoo. Samchon sedang berbicara” ujarnya, pada angin. Karena balita bermarga Hwang itu tak menghiraukannya.

 

“Tentu, dimana puzzlenya?” balas YeonMi semangat.

 

“Di kamar samchon. Kajja~” ajak GeonWoo gembira seraya beringsut turun dari kursi meja makan dan berlari memasuki kamar RyeoWook yang sejak beberapa jam lalu dikuasainya.

 

Setelah meminta izin pada orang tua RyeoWook, YeonMi beranjak dari sana untuk mengikuti GeonWoo yang terus memanggilnya.

 

RyeoWook menghela nafas pasrah karena gadis itu pergi tanpa berminat mendengarkan sisa ucapannya. Baik, sepertinya aku dikalahkan oleh bocah cerewet itu. Pikirnya seraya meneguk segelas air.

 

“RyeoWook-ah, apa kau akan menikahinya?” RyeoWook nyaris menyemburkan air dari hidungnya mendengar celetukan sang ibu yang begitu tiba-tiba itu. Keheranan bagaimana mungkin pertanyaan itu tak diawali basa-basi apapun?!

 

Eomma!” ujarnya seraya menyeka air yang sempat menetes di bibir dan dagunya.

“Kami masih sangat jauh untuk itu. Tolong jangan berbicara yang aneh-aneh di depannya, hm?” pinta RyeoWook dengan tatapan memohon.

Ia memang senang Ibunya seakan tak pernah kehabisan topik dengan YeonMi, tapi bukankah akan berbahaya bila ibunya tiba-tiba membicarakan pernikahan dengan mudahnya pada YeonMi di saat RyeoWook bahkan tak pernah meminta gadis itu secara resmi untuk menjadi kekasihnya?

Haruskah ia menjelaskan bahwa semuanya terjadi begitu saja dan tanpa diminta? Menjelaskan bagaimana mereka membangun sebuah hubungan tanpa tanggal peresmian ini?

 

Wanita berambut agak ikal itu hanya terkekeh kaku.

“Eyy, Eomma hanya bertanya! Dulu kau beberapa kali mengenalkan pacarmu dan semuanya berakhir. Eomma hanya sedikit berharap bahwa ini yang terakhir” ucapnya ragu-ragu, tak ingin memberi kesan menekan. Walau RyeoWook sudah berada di usia menikah, tapi ia tahu hal tersebut takkan semudah itu bagi anaknya yang berprofesi sebagai idol.

 

RyeoWook tertawa sekilas, menopang dagunya seraya menatap sang ibu yang mengaduk-aduk gelas kosongnya. Sepertinya seisi rumah ini sudah tergila-gila pada gadis itu.

 

Eomma, kau begitu menyukai YeonMi?” tanyanya.

Jujur saja, sesekali terbesit keinginan menjadikan gadis itu keluarganya dengan ikatan pernikahan. Tapi ia sadar bahwa ia tak bisa melakukannya dalam waktu dekat ini, banyak hal yang harus mereka lakukan terlebih dahulu. Sehingga ia tak pernah menyuarakan  niatnya tersebut demi tak membuat gadisnya tidak nyaman.

 

“Sangat! Kau juga kan, yeobo?”

 

 

~***~

 

 

“GeonWoo-ya, kau pasti sangat senang kan mempunyai adik? Kau punya teman bermain sekarang!”

YeonMi menatap GeonWoo yang asyik duduk di tengah ranjang RyeoWook. Lelaki kecil dengan kaos biru berlogo superman itu tampak berkonsentrasi memilih-milih kepingan dari puzzle yang baru dibelikan ayahnya itu.

 

“Aku senang! Karena bayi sangat lucu” jawabnya polos, dengan nada khas anak kecil. Astaga, YeonMi suka sekali mendengarnya bicara.

 

“Kaupun lucu seperti bayi!” gadis yang duduk di tepi ranjang itu tak bisa menahan diri untuk menangkup wajah GeonWoo lalu mencium sisi kepalanya gemas, menghirup nafas dalam-dalam. Ia seperti kecanduan wangi khas balita.

 

GeonWoo langsung tersenyum lebar seraya mengernyitkan hidung, membuatnya terlihat makin menggemaskan berkali lipat.

Sungguh, rasanya YeonMi ingin sekali membawanya ke rumah, mengajukan diri untuk mengurus dan membiayai Hwang GeonWoo sampai orangtuanya tak terlalu repot dengan anak keduanya yang baru lahir itu. Jika saja GeonWoo menemaninya, ia pasti takkan mati kesepian di sana.

 

GeonWoo tiba-tiba berdiri, kaki kecilnya berpijak pada ranjang dan melangkah ke arah dinding. Tangan kanannya terangkat, berusaha menunjuk sesuatu di sana.

 

Imo! RyeoWook Samchon juga pernah menjadi bayi!” seru anak yang menurut perhitungan korea berusia empat tahun tersebut seraya menunjuk foto RyeoWook di dinding. Berusaha memberikan Imo barunya ini sebuah informasi.

 

YeonMi menggeser duduknya mendekati dinding, membiarkan kedua kakinya berada di atas ranjang.

“Benarkah?! Apa ini RyeoWook Samchon?” YeonMi memandang GeonWoo. Menatap mata monolid yang menurutnya sedikit mirip dengan milik RyeoWook itu dengan tatapan takjub. Ia sangat mengerti bahwa anak kecil akan senang bila ucapannya ditanggapi dengan reaksi-reaksi besar. GeonWoo menganggukkan kepala seraya melompat-lompat kecil.

 

Sementara YeonMi masih mengedarkan matanya pada beberapa pigura yang digantung tepat di samping rajang. Pigura yang memuat foto-foto RyeoWook saat kecil terpajang di sana. Ia belum pernah melihat ini semua dan ia bisa menyimpulkan bahwa wajah pria itu tak banyak berubah selama bertahun-tahun, satu-satunya yang berbeda adalah tubuh gempalnya.

 

“Ya ampun, lucunya!” YeonMi tanpa sadar bergumam tatkala matanya berhenti pada salah satu foto RyeoWook saat bayi. Tubuh menggemaskannya yang tak terbalut apapun terbaring di sebuah ranjang, sementara pipi chubbynya yang persis kue mochi manis bersandar pada bantal. Pria itu benar-benar lahir dalam keadaan menggemaskan.

 

“Aku sangat imut kan?”

 

YeonMi agak terperanjat lalu sontak menoleh. Dan entah sejak kapan RyeoWook sudah duduk di tepian ranjang, menatapnya dengan tatapan penuh percaya diri.

 

“Yaah, yang ini lucu sekali! Tapi kemana celanamu? Hahaha”  jawab YeonMi sambil menunjuk foto yang sejak tadi diperhatikannya.

 

“Aish jangan lihat yang ini. Ahh, ini memalukan” tatapan percaya diri itu mendadak hilang dan digantikan dengan suara canggung.

 

Samchon mengapa kau di sini? Aku sedang bermain dengan Imo! Puzzlenya belum selesai” GeonWoo tiba-tiba menggelayuti lengan RyeoWook kemudian menariknya, seakan mengusir pamannya itu.

 

“Apa!? Aish bocah kecil ini! Ini kamarku kau ingat?” RyeoWook menatap GeonWoo tak terima sambil berkacak pinggang.

Apa keponakannya ini sedang berusaha menyingkirkan RyeoWook dari kamarnya sendiri seakan dirinya adalah seorang penggangu? Oh yang benar saja!

Bukannya takut, GeonWoo malah tertawa lalu beralih kepada mainan dinosaurus kesayangannya, mengadu benda itu dengan mainan harimaunya.

 

YeonMi tertawa kecil dan beringsut turun dari ranjang. Karena RyeoWook sudah di sini, sepertinya ia ingin melihat-lihat lebih jauh ruangan yang menurut informasi dari RyeoWook, sudah menjadi kamarnya sejak SMP ini.

Tangan gadis berambut hitam itu saling terjalin di depan tubuh membentuk tenda kecil. Kakinya yang mengenakan sandal rumah hitam, mulai melangkah ke sudut ruangan berdinding putih ini, mengamati tiap detailnya.

 

YeonMi tersenyum sumringah tatkala menemukan sebuah benda yang begitu dikenalnya. Hadiah kaktus kecilnya bertengger manis di sana, di jendela dekat meja. Bahkan RyeoWook meletakan sebuah topi kecil di atas batang berdurinya. Lucu sekali.

 

“Aku merawatnya dengan baik kan? Aku tahu kau akan membunuhku bila aku membuatnya mati” celetuk RyeoWook.

 

“Em, benar sekali” YeonMi mengangguk mengamini.

Walau ia tak bisa menyingkirkan ingatan tentang bagaimana pria-pria berwawasan dangkal itu salah paham mengenai hadiah berharganya dan menggodanya habis-habisan, kaktus dengan segala filosofi mendalamnya tetap menjadi tanaman favoritnya yang harus dipelihara dengan baik.

 

YeonMi berjalan ke sisi lain, foto-foto RyeoWook yang sepertinya hasil jepretan penggemar memenuhi penglihatannya. Sederet penghargaan pun tak luput menghiasi lemari displaynya, bahkan hingga atas pianonya.

 

Dari sekian benda-benda yang ada, perhatiannya jatuh pada sebuah bingkai kecil di atas piano. Bingkai yang berisi foto RyeoWook yang mungkin berusia dua tahun mengenakan hanbok warna merah, tersenyum ke arah kamera seakan pria itu memang terlahir fotogenik.

 

“Lihatlah cincin-cincin itu!” komentar YeonMi seraya menunjuk jari-jari kecil RyeoWook yang berhias banyak cincin.

Mungkin akan terlihat norak bila RyeoWook yang hampir menginjak kepala tigalah yang menggunakan cincin sebanyak itu, tapi akan berbalik dan menjadi super lucu bila pelakunya adalah RyeoWook yang berusia dua tahun.

 

Ia dengan cepat mengeluarkan ponselnya untuk memotret. Ia suka mengabadikan hal-hal yang disukainya, dan foto ini akan menjadi foto RyeoWook favoritnya mulai sekarang!

 

“Kau tahu berapa usia piano ini?” RyeoWook lagi-lagi mendadak muncul di sampingnya seraya melemparkan pertanyaan acak, kedua tangannya menyentuh piano hitam yang tertutup. YeonMi hanya menoleh memandangnya, menanti jawaban.

 

Abeoji membelikanku saat aku kelas empat setelah aku merengek” mulainya.

“Tapi benda ini benar-benar membantuku belajar! Saat SMA, guruku bilang butuh waktu bertahun-tahun bagi seseorang untuk mempelajari beberapa teknik piano tertentu. Tapi saat itu aku hanya butuh 6 bulan!” ceritanya.

 

“Oh~ benarkah? Kau sehebat itu?” YeonMi memutar tubuh menghadap RyeoWook, menyimak cerita itu penuh minat. Ingat, ia adalah penggemar nomor satu Kim RyeoWook.

 

Mendapatkan reaksi yang sesuai harapannya, RyeoWook berdehem dengan bahu terangkat, menandakan bahwa kepercayaan dirinya sedang berada di level tertinggi sekarang. Bagaimanapun, ia suka terlihat keren di hadapan gadisnya.

 

“Raaawrrr!”

 

Seakan diutus untuk menghancurkan moment tebar-pesona RyeoWook, GeonWoo meraung sambil melayangkan mainan harimaunya. Dan benda itu dengan akurat menghantam sisi samping kepala pamannya yang sedang berusaha memamerkan pesonanya, menghancurkan senyum bangganya seketika.

 

Menyaksikan itu, YeonMi hanya mengulum senyumnya canggung, menutupi bibirnya dengan kepalan tangan.

 

“Ah! Hwang GeonWoo!!” RyeoWook mendelik pada keponakannya yang masih berdiri di atas ranjangnya. Menatap pamannya dengan tatapan terkejut karena ia tak sengaja mendaratkan mainannya ke sana.

 

Samchon mianhae~” GeonWoo yang sudah beringsut turun, berlari dan memungut mainannya yang tersungkur di kaki RyeoWook sebelum kembali mengeluarkan suara-suara meniru harimaunya.

 

RyeoWook yang hastrat ingin terlihat keren dan dipujinya masih memuncak, baru hendak melanjutkan ajang tebar pesonanya. Namun YeonMi lagi-lagi berpaling ketika seseorang terdengar menyebut namanya.

 

“YeonMi-ya?

 

Ye, Abeonim?

 

“Aku menyiapkan buah, oh ada telur rebus juga. Makanlah! GeonWoo juga”

 

“Bagaimana denganku?'” RyeoWook memutar tubuh, bertanya pada Ayahnya yang seakan bersekongkol dengan GeonWoo dengan tak membiarkannya terlihat keren di hadapan YeonMi.

Pria yang mewariskan marga Kim pada nama depannya tersebut hanya berlalu begitu saja, menganggap bahwa pertanyaan putranya barusan sangat tidak penting. Dan untuk sekian kalinya ia merasa seperti hantu yang tak dianggap hari ini. Perpaduan GeonWoo dan YeonMi benar-benar membuat eksistensinya terlupakan.

 

Hwang GeonWoo, bocah dengan terlalu banyak energi itu langsung melesat keluar kamar, diikuti YeonMi dan anak tunggal menyedihkan itu.

YeonMi duduk di sofa ruang tengah dengan semangkuk telur rebus yang ayah RyeoWook siapkan. Ada RyeoWook yang duduk di sebelahnya, mengulurkan kaki santai seraya bersandar, sementara matanya tertuju pada televisi yang menayangkan kartun pororo.

 

“Woah~ terimakasih makanannya! GeonWoo-ya, kemari! Kau ingin telur kan?” ajak YeonMi pada GeonWoo yang tengah berdiri di hadapan televisi sana, menyaksikan pororo dan crong dengan mata berkilat-kilat.

 

“Aku mau!!!” balas GeonWoo sembari berlari mendekat dan berusaha naik ke atas sofa, menempatkan diri tepat di sebelah YeonMi sehingga RyeoWook terpaksa bergeser ke ujung lain sofa seraya menghela nafas menyerah. Baiklah, bahkan kini ia memperebutkan gadisnya dengan bocah cerewet ini.

 

Namun pria ini tak urung tersenyum simpul kala  melirik YeonMi yang tengah sibuk menyuapi GeonWoo dengan telur yang sudah dikupas dan ditiupnya itu.

Senyuman lebar tak pernah berhenti menghiasi wajah cantiknya saat ia berinteraksi dengan GeonWoo, seakan ia bisa menghabiskan sisa hidupnya bersama anak itu.

 

“Woah~ Uri GeonWoo makan dengan baik!” puji YeonMi, menepuk-nepuk puncak kepala GeonWoo.

 

RyeoWook yang jemu karena dua orang tersebut terus berinteraksi tanpa melibatkan dirinya, mulai mengulurkan tangan untuk mengambil telur dari mangkuk YeonMi dan sedetik kemudian terdengar bunyi,

 

PRAK

 

“Akkh!! Kim RyeoWook kau!?” YeonMi langsung menoleh dan melemparkan tatapan mematikannya pada RyeoWook yang baru saja memancing peperangan.

Barusana pria itu dengan kurangajarnya ‘memukul’ kepala YeonMi dengan sebuah telur. Mempergunakan kepala berharganya untuk meretakkan cangkang telur.

 

RyeoWook hanya tertawa tanpa dosa seraya kembali menyantap telur rebusnya. YeonMi mendengus singkat, RyeoWook harus berterimakasih pada keponakannya karena membuatnya menahan diri untuk tak balas dendam dengan melemparkan sekeranjang telur ke wajah menyebalkannya itu.

 

“Enak kan??” emosinya mereda seketika saat ia bersitatap dengan GeonWoo yang menikmati makanannya, mengunyahnya dengan pipi menggembung lucu. Sangat menggemaskan dan rasanya YeonMi rela memberi apa saja untuknya. Mainan? Es krim? Jika GeonWoo menginginkannya sekarang, YeonMi bersedia berlari ke toko di bawah detik ini juga untuknya!

Tapi syukurnya GeonWoo hanya meminta sebuah telur utuh yang belum dikupas untuk tangan mungilnya genggam.

 

RyeoWook tahu bahwa YeonMi tak mau meluapkan emosinya di hadapan GeonWoo. Tapi ia bisa melihat YeonMi baru saja menggerakan mulut mengatakan ‘awas saja kau’ tanpa suara, RyeoWook hanya menjulurkan lidahnya meledek.

Tak dapat dipercaya, pria ini lebih berkelakuan layaknya anak empat tahun tahun dibanding GeonWoo! Gerutu YeonMi dalam hati.

 

PRAK

 

“Hwang GeonWoo!!”

 

YeonMi nyaris tersedak menyaksikan telur utuh mendarat manis di ubun-ubun RyeoWook, cangkangnya tertumbuk di sana. GeonWoo dengan polosnya baru saja mengulangi perbuatan RyeoWook, seakan membalaskan dendam YeonMi.

Gadis itu dan GeonWoo kompak tertawa ketika RyeoWook mulai mengeluarkan ekspresi terkejut yang sedetik kemudian berubah menjadi ekspresi marah.

 

“Itu sebabnya kau tak boleh melakukan hal-hal aneh di hadapan anak kecil RyeoWook-ah!” peringat gadis itu di sela tawa puasnya, perutnya mulai terasa nyeri akibat tertawa terlalu keras.

 

“Kerja bagus, Hwang GeonWoo!” walau mengakui bahwa memecahkan telur dengan kepala orang lain adalah ‘ha-hal aneh’ yang terlarang dilakukan di hadapan anak kecil, YeonMi tetap melontarkan pujiannya pada GeonWoo yang melompat-lompat girang di sofa.

 

Ibu RyeoWook yang tengah sibuk seraya merangkai bunga pemberian YeonMi di meja makan hanya menggeleng kecil memantau tiga bocah yang belum dewasa itu.

 

RyeoWook menggeser posisinya mendekati GeonWoo, menatapnya mengintimidasi.

“GeonWoo-ya, jawab dengan jujur! Kau lebih suka Samchon atau Imo?”

 

Imo!” jawab GeonWoo cepat.

 

“Oohh Hwang GeonWoo.. Kau yang terbaik!” YeonMi meraih tubuh GeonWoo, mendekapnya setelah mengecup pipinya.

“Kau benar-benar harus main ke rumah imo di Seoul, imo punya banyak mainan untukmu!” janjinya.

 

“Whoa! Kau bahkan menjawabnya tanpa berpikir” lirih RyeoWook setelah meletupkan nafas tak percaya. Bagaimana bisa GeonWoo menyingkirkan Paman yang sudah kurang-lebih tiga tahun bermain dengannya hanya karena imo cantik yang baru menemaninya beberapa jam? Baiklah, bagaimanapun bocah itu memang lelaki.

 

“Cuacanya sedang bagus, bagaimana jika kalian jalan-jalan ke luar? GeonWoo-ya kau mau pergi ke suatu tempat?” saran ibu RyeoWook seraya memperhatikan GeonWoo dari jauh, khawatir anak itu merasa kebosanan setelah sejak pagi terjebak di sini.

 

“Umm, aku ingin es krim! Bolehkah Halmeoni?”

 

“Tentu saja! Cuaca sedang panas kau pasti ingin es krim” mendengar persetujuan Ibu RyeoWook, YeonMi langsung menyentuh kedua bahu kecil GeonWoo dan menatapnya dengan mata berbinar.

 

“GeonWoo-ya, Imo akan membelikan es krim untukmu! Kau boleh membeli rasa apapun! Mau pergi membelinya bersama imo?” tawar YeonMi yang dibalas anggukan kencang.

 

“RyeoWook-ah, dimana tempat es krim terdekat di sini? Apakah perlu naik taxi? Kau mau menitip sesuatu?’

 

“Em, bukankah terdengar lebih baik jika kau mengajakku untuk ikut bersama kalian?”

 

“Oh, kau benar. Maaf. A-ayo pergi berama”

 

 

~****~

 

 

“Waah~ banyak sekali ayunan!!”

 

GeonWoo tak hentinya berbicara dengan nada tinggi, menandakan bahwa lelaki cilik berponi itu sedang sangat gembira. Berada di taman bermain dengan banyak perangkat ayunan dan perosotan besar berbentuk kapal bajak laut, bagaikan berada di surga baginya.

 

Ketiganya berada di sebuah taman yang terletak tak begitu jauh dari rumah RyeoWook. Di sini ada arena bermain, lintasan bersepeda, sungai dan juga tempat jajanan. Benar-benar tempat yang nyaman untuk mencari udara segar.

 

Mereka menempati tiga ayunan dengan rantai berwarna silver yang bersatu dalam satu kerangka besi kuning itu. Di tengah udara yang cukup lembab di musim panas, tubuh mereka berayun-ayun kecil seraya menikmati es krim yang mereka beli dari minimarket dekat sini.

 

“Apa biasanya memang banyak anak kecil di sini?” sekali lagi mata YeonMi berbinar-binar melihat beberapa anak kecil berlalu-lalang. Tak bisa tidak melengkungkan senyumannya melihat dua anak yang tengah berkejar-kejaran di depan sana seraya meneriakan celotehan-celotehan yang tak dimengertinya.

 

“Tentu saja, ini salah satu tempat terbaik untuk mereka” jawab RyeoWook seraya ikut memperhatikan dua anak yang salah satunya kini menangis dengan posisi terduduk di tanah, lalu dihampiri oleh seorang wanita yang jelas adalah ibunya.

“Kau lihat di sana? Di sana ada area yang biasa digunakan untuk bermain sepatu roda dan skateboard. Banyak anak sekolah yang bermain disana” tunjuk RyeoWook bagai tour guide Incheonnya lalu kembali mengulum es krimnya.

 

“Apa kau datang ke sini juga saat masih sekolah?”

 

“Tentu saja, semua anak yang bersekolah di sekitar sini pasti akan datang sepulang sekolah” jawab RyeoWook sembari mengedarkan pandangannya dengan senyuman simpul. Banyak kenangan masa sekolahnya yang terjadi di tempat ini. Sungguh masa-masa muda yang indah.

“Tapi aku hanya mengunjungi tempat ini untuk makan kudapan” RyeoWook berpura-pura berbisik. YeonMi hanya mendecih geli lalu beralih pada GeonWoo yang berada di tengah-tengah mereka.

 

Aigoo, GeonWoo-ya. Cha~ imo bantu bersihkan tanganmu. Angkat tanganmu~~” si maniak kebersihan Shin YeonMi mulai mengeluarkan tissue basah dari tasnya ketika melihat lelehan es krim coklar telah memenuhi tangan, bibir hingga lingkar kaos GeonWoo. Terlihat sangat lengket dan tidak nyaman.

 

Samchon, tolong dorong lagi!” pinta GeonWoo yang telah dalam keadaan bersih pada Pamannya yang menempati ayunan di sebelah kirinya. Ia ingin melambung setinggi-tingginya, merasakan tiupan angin menerpa tubuhnya yang menjauh dari tanah.

 

GeonWoo sudah mengeratkan pegangannya pada kedua rantai di sisi tubunya, namun ia malah berakhir merengek protes kala pria bertopi itu hanya mendorong ayunannya dengan sangat pelan.

 

“Lebih kuat, Samchon!”

 

Andwae~ Kau bisa terjatuh GeonWoo-ya

Tak peduli beberapa kali GeonWoo memintanya untuk mendorong lebih keras, pria itu tetap saja mendorongnya dengan tekanan yang sama.

 

GeonWoo mencoba menendang-nendang udara, bagai anak burung yang berusaha keras mengepakkan sayap. Berharap ayunannya akan berayun lebih tinggi, tapi sayangnya itu tak membawa perubahan berarti.

 

GeonWoo yang sedikit kecewa, beringsut turun. Ia mengambil sebuah ranting yang nyaris saja terinjaknya dan menggunakan benda itu untuk memukul-mukul bayangannya sendiri.

 

“Setelah ini ingin makan kudapan?”

 

“Pasti!” YeonMi mengangguk semangat. Ia tak peduli bila timbangannya jebol esok, hari ia hanya ingin melakukan hal menyenangkan banyak-banyak bersama RyeoWook.

 

Mata YeonMi kembali terlempar ke depan, menekan ujung sepatu ketsnya pada tanah, sehingga tubuhnya kembali berayun pelan. Senyumannya terpatri begitu saja saat ia menyandarkan pipi pada rantai di sisi kiri tubuhnya.

Semburat awan senja memenuhi cakrawala, matahari hampir terbenam di antara langit dan sungai yang membentang luas, memantulkan cahayanya ke permukaan aliran tenang sungai. Nampak begitu indah hingga di nobatkannya sebagai hal terindah yang dilihatnya bulan ini. Pemandangan teindah adalah sesuatu yang kau lihat di hari terbaik.

 

Ia tidak menyangka hari ini akan menjadi seindah dan semenyenangkan itu, ia bersyukur bahwa ia berhasil tak mengacaunya. Ia senang bertemu dengan keluarga RyeoWook, terutama Hwang GeonWoo kecil yang menyebabkan perasaan ingin memiliki adiknya makin membuncah.

 

RyeoWook mendengus sekilas dan memiringkan kepalanya dengan tatapan heran yang terarah pada YeonMi. Penasaran hal apa yang sedang gadisnya pikiran sampai tersenyum sendiri tanpa sebab dan tak sadar RyeoWook memperhatikannya.

Namun rasa penasarannya tak bertahan lama, karena dunianya teralihkan ketika memandangi sisi samping wajahYeonMi.

 

Sisi samping yang menurutnya sangat proposional itu tersorot sinar oranye senja. Anak rambut yang tak terbawa oleh ikatan model mess bun-nya itu bergerak tertiup angin. Oh, jangan abaikan senyuman yang selalu membuat orang di sekitarnya ikut tersenyum itu. Sungguh maha karya Tuhan yang sangat indah.

Dirinya yang seakan sedang bertekuk lutut mengagumi YeonMi, mulai mengulurkan tangannya, melewati ayunan kosong yang GeonWoo tinggalkan. RyeoWook menarik rantai ayunan YeonMi ke arahnya, tanpa beranjak dari tempatnya.

 

Gadis itu tersentak dan menoleh sehingga RyeoWook menatapnya tepat ke mata indahnya. Banyak hal yang ingin diutarakannya, tapi pria itu berakhir mengucapkan beberapa kalimat saja.

 

“Kau sangat mengagumkan hari ini” bisiknya. Sangat tiba-tiba dan terdengar sexy??

 

Bisikan singkat itu berhasil membuat gadis itu kikuk dengan wajah bersemu. Masalahnya, pujian itu dilontarkan oleh Kim RyeoWook, pria yang paling tidak romantis di negeri ini! Oh, haruskah ia membangun prasasti di taman ini dan mengabadikan moment langka tersebut?

Gadis dengan coat panjang putih yang tak dikancing itu mengerjap cepat tanpa kata, memalingkan wajahnya ke arah lain. Rasanya ia ingin berlari menaiki matahari di hadapannya sana, ikut tenggelam bersamanya.

 

 

“G-GeonWoo-ya kau mau kemana!!” panggil YeonMi dan langsung melonjak dari ayunan kala menyadari bahwa GeonWoo entah sejak kapan sudah berada terlalu jauh dari jangakauannya.

 

RyeoWook hanya mentertawakan reaksi malu gadisnya lalu menghabiskan gigitan terakhir es krimnya seraya mengamati dua bocah kesayangannya itu.

YeonMi dan GeonWoo sempat berkejar-kejaran dan tak lama kemudian YeonMi berhasil merengkuh tubuh kecil itu seraya tertawa, GeonWoo tertangkap di dekat seluncuran.

 

Dari posisinya, ia dapat melihat GeonWoo menunjuk-nunjuk ke arah perosotan dan sedetik kemudian YeonMi langsung mengangkat tubuh anak itu, membantunya untuk menaiki perosotan yang cukup tinggi itu- ah tidak, bukan sekedar membantunya! Lebih tepatnya, gadis itu ikut bermain bersamanya. Ikut naik dan menempati seluncuran di sebelah GeonWoo, meluncur secara bersamaan lalu tertawa. Seakan dirinya dan GeonWoo adalah teman sebaya.

 

Terlihat begitu menyenangkan hingga RyeoWook bisa merasakan sedikit kecemburuan karena keduanya dapat bersenang-senang tanpanya.

 

“Aku adalah monster!!” RyeoWook yang tak ingin terlihat menyedihkan karena hanya memperhatikan dari jauh, mulai berlari ke arah mereka dengan suara tenornya yang diseram-seramkan. Berperan sebagai monster yang menyerang kapal mereka.

 

“Aaa!!”

 

Hwang GeonWoo yang masih terduduk di ujung seluncuran setelah luncuran keduanya, langsung histeris antusias dengan tawa khasnya, berusaha kembali menaiki seluncurannya dengan tangan yang menggapai-gapai bagian atas permukaan licin ini.

 

“GeonWoo-ya!! Kita harus menyelamatkan diri!!” YeonMi langsung menggendong GeonWoo, berusaha mengevakuasi diri ke atas ‘kapal’nya melalui tangga.

 

Mereka nampak sangat bersenang-senang, terutama ketika melempari monster laut bercelana selutut itu dengan bom tak terlihat. Ketiganya tertawa lepas, bagai bocah sebaya tanpa masalah hidup yang tak memikirkan hari esok dan hanya ingin bermain.

 

Tanpa terasa anak-anak lain yang tadi RyeoWook bantu gendong untuk mencapai prosotan tinggi ini dan secara alami bergabung dalam permainan mereka, satu persatu mulai berpamitan pulang. Mengucapkan selamat tinggal pada GeonWoo dan terimakasih pada GeonWoo Appa. Ya, anak-anak itu menganggap bahwa RyeoWook dengan kelakuan kekanakannya ini adalah ayah GeonWoo.

 

Astaga, apa aku terlihat setua itu? Pikirnya tak terima. Tapi kemudian ia menyadari bahwa dirinya memang sudah cukup tua ketika ia mulai merasa pegal di badannya setelah memerankan monster laut sekaligus secara terus menerus menggendong anak-anak yang ingin naik perosotan. Ah benar, sebentar lagi usiaku 30 tahun. Batinnya menerima kenyataan.

 

“GeonWoo-ya kau sudah menang melawan monsternya. Bagaimana jika kita makan sebentar?” ajak RyeoWook yang kelelahan, dibalas gelengan kuat GeonWoo dan teriakan protesnya.

 

Shireo!! Aku akan tinggal di sini. Mulai sekarang ini adalah rumahku!” tolak anak itu dan langsung berbaring di dalam sana, dekat pangkal seluncuran. Seakan mematenkan perosotan besar ini sebagai wilayahnya.

 

RyeoWook menghela nafas pelan, bagaimana mungkin mereka mengira bahwa GeonWoo adalah anaknya di saat bocah itu bahkan tak mau mendengarkannya?

YeonMi yang berdiri di sebelah RyeoWook melangkah mendekat, melalui sela-sela yang ada, ia mencoba berbicara dengan anak tanpa rasa lelah itu.

 

Dan RyeoWook agak tercengang melihat bagaimana GeonWoo langsung bangun dan turun melalui seluncuran. Seperti dugaannya, YeonMi memang seorang pawang balita. Mengagumkan.

 

 

~***~

 

 

RyeoWook memarkirkan mobil range rover hitam legamnya di tepian sungai dengan jembatan layang itu. Di area yang lebih sepi dan tenang, agak jauh dari taman bermain dan tempat jajanan yang ramai.

 

Mobilnya terparkir dengan posisi membelakangi sungai, bagian tuck belakangnya terbuka. Sehingga ketiganya bisa duduk di sana dengan kaki yang terjulur menyentuh tanah -pengecualian untuk GeonWoo-.

 

Setelah beberapa candaan yang menyebabkan YeonMi ingin sekali menceburkan RyeoWook ke sungai, mereka hanya duduk tanpa kata, seakan khusyuk mendengarkan nyanyian jangkrik yang diiringi suara aliran tenang sungai. Atau mungkin juga karena kekenyangan tteokbokki tadi.

 

“Ngomong-ngomong, terimakasih RyeoWook-ah, hari ini aku senang sekali. Orangtuamu benar-benar memperlakukanku sangat baik. Sungguh” gadis yang kini rambutnya terurai itu mulai angkat suara, menatap RyeoWook dengan senyum tulusnya. Stereotip ‘jangan berkunjung ke rumah orangtua kekasihmu, mereka akan memperlakukanmu dengan sangat menyebalkan’ sama sekali tak dialaminya, sikap baik RyeoWook benar-benar warisan dari orangtuanya. Ia ingin kembali ke sini secepatnya.

Abeojimu bahkan memuji masakanku, padahal rasanya sangat jauh dengan masakan eommamu. Kau memang terlahir dari keluarga baik” timpalnya. Tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya ketika mengingat bagaimana ayah RyeoWook memuji sup rumput laut hasil YeonMi belajar keras belakangan itu. Ia sangat tersentuh karena hal itu, sungguh!

 

“Itu karena kau berhasil mengambil hati mereka. Orang tuaku, GeonWoo juga” balas RyeoWook yang diakhiri membelai pelan pipi GeonWoo yang duduk di pangkuannya.

 

Ia hafal betul bagaimana YeonMi akan berujar senang tatkala seorang anak kecil asing menghampirinya di tempat umum. Namun ternyata kecintaan YeonMi terhadap anak kecil bukan sebatas itu.

Ia benar-benar memanjakan GeonWoo, menjaganya dengan sepenuh hati sampai-sampai bocah itu ikut menyukai YeonMi. Bayangkan saja, GeonWoo yang biasanya tak pernah mau makan tteokbokki, mendadak ingin mencicipi kudapan tersebut saat YeonMi menyantapnya. Yah, walaupun YeonMi harus terlebih dahulu ‘mencuci’ kue berasnya ke dalam segelas air sebelum GeonWoo santap.

 

“Sepertinya mulai hari ini posisiku di hatinya sudah digantikan olehmu. Dulu GeonWoo sangat mendengar perkataanku. Aku bahkan membiarkannya kencing di kakiku! Tapi mungkin sekarang di matanya aku hanyalah seorang paman yang menyebalkan. Augh, dasar bocah ini” lanjutnya mengeluh seraya menunduk, melirik GeonWoo sekilas. Sepertinya anak yang dicurigainya tak memiliki rasa lelah ini mulai mengantuk, mengingat bagaimana ia mendadak sangat senyap dan betah di pangkuan RyeoWook.

 

YeonMi tertawa pelan dan menimpali,

“Anak lelaki memang agak berbeda dalam menunjukkan afeksinya!”

 

Ia mengingat-ingat perbedaan anak lelaki dan perempuan dari saudara-saudara jauhnya serta keponakan temannya yang masih kecil. Oh! Jangan lupa insight tambahan yang didapatkannya setelah rajin menyaksikan The Return of Superman.

“Tapi entahlah ini hanya berlaku bagi anak lelaki atau seluruh lelaki?” sindir YeonMi halus pada RyeoWook yang sangat buruk menunjukan afeksinya.

 

“Tidak, ini karena kau berhasil mengambil hatinya! Kau mengambil hati semua orang!” sangkal pria yang telah melepas topinya tersebut. YeonMi memutar mata, tapi tak urung tersenyum juga.

 

“Kalau begitu hatimu juga?” godanya. RyeoWook bergumam panjang.

 

“Sepertinya iya” jawabnya. YeonMi terdiam memandangi RyeoWook dengan tatapan geli kemudian tertawa tertahan. Baik, ia menyerah. Ia sudah terlalu lama bersama dan terbiasa dengan RyeoWook yang tidak peka dan tidak romantis. Mendengarnya manis membuatnya agak merinding.

 

“Berhentilah seperti ini, aku agak tak terbiasa!”

 

“Padahal kau sendiri  yang menyuruhku untuk memperlakukanmu lebih manis!” cibir RyeoWook.

 

“Aku?? Kapan?!”

 

“Semalam!” pungkasnya yang membuat YeonMi memicing pasrah. Baiklah, ia tak mengingat apapun mengenai semalam.

 

“Oh! Oh! Lihat! GeonWoo tidur bersandar di lenganku, YeonMi-ya. Lihat lihat” RyeoWook tiba-tiba bersuara kecil, namun terdengar begitu sumringah.

GeonWoo yang kehabisan energi akhirnya tertidur pulas, pipi menggemaskannya bersandar pada bicep Pamannya. Ada sebungkus jelly yang belum habis di genggamannya. Ia tertidur saat sedang makan jelly, lucu sekali!

 

YeonMi langsung mengambil bungkus jelly yang GeonWoo genggam dengan hati-hati agar pria kecil ini tak terbangun. Sementara RyeoWook masih memandangi wajah bagai malaikat GeonWoo saat tertidur.

“Woah~ entah mengapa aku merasa tersentuh” lirih RyeoWooK tanpa dapat berhenti memperhatikan bagaimana GeonWoo menyandarkan pipi pada lengannya.

 

“Semelelahkan apapun bermain dengan anak-anak, mereka akan menjadi malaikat saat tertidur. Iya kan?” ujar gadis itu pelan setelah berhasil mengambil jelly dan merapatkan jaket jeans yang GeonWoo kenakan.

 

RyeoWook beralih memandang YeonMi dengan fantasinya yang mendadak bekerja, ia membayangkan bahwa mereka akan memiliki anak dan membuat keluarga kecil dan bermain seperti hari ini.

Jika dilihat dari bagaimana YeonMi menyukai anak kecil dan bagaiamana hebatnya gadis itu menangani mereka, sepertinya tak membutuhkan waktu terlalu lama sampai YeonMi menginginkan anaknya sendiri kan? Dan otaknya mulai memperhitungkan waktu kelulusan gadis itu dan selesai wajib militernya.

 

Astaga apa yang kupikirkan! Gusarnya dalam hati.

 

Pria ini mengangguk setuju sebelum kembali berbicara.

“Sepertinya aku harus segera menikah dan memiliki anak” ungkapnya lalu mengecup pelan puncak kepala GeonWoo. YeonMi memandang RyeoWook dengan bibir berkerut bingung,

 

“Hm? Kau akan menikah?” tanyanya tak percaya. Sejujurnya RyeoWook memang tak pernah membicarakan hal seserius ini dengannya, mereka hanya berusaha saling mengisi dan menjadi pelipur lara, tanpa membicarakan bagaimana kelanjutan hubungan mereka di masa depan.

 

“Um! Kau tak tahu?” RyeoWook menoleh, menatap YeonMi bertanya-tanya.

“Aku harus cepat-cepat sebelum gadisku terlalu tua” sambungnya diakhiri kekehan. YeonMi mendengus tak percaya seraya membuang wajah.

 

“Whoa~ lihat siapa yang berbicara mengenai tua sekarang!” cibirnya lalu meminum air dalam kemasan di pangkuannya. Jika alasannya karena takut terlalu tua, harusnya RyeoWook mengkhawatirkan mengenai dirinya sendiri dan bukan mengkhawatirkan YeonMi yang jelas lebih muda beberapa tahun darinya kan! Dasar!

 

“Kenapa kau marah? Siapa bilang itu kau?” goda RyeoWook. Mengingatkannya bahwa ia pernah menggoda YeonMi dengan candaan ini satu kali, ketika hubungan mereka belum sestabil sekarang dan gadis itu berakhir menangis! Sungguh jenaka untuk diingat.

 

“Aku tidak akan menikahimu, berhenti bermimpi!” YeonMi menatap tajam RyeoWook yang disusul tawa keduanya.

 

“Pokoknya, kau harus menungguku sampai kembali, mengerti?” pintanya tiba-tiba. Percayalah bahwa ini adalah kali pertamanya menyinggung kepergiannya. Karena pembicaraan mengenai betapa sedikitnya sisa waktu kebersamaan mereka tidaklah menarik untuk dibahas.

 

“Kenapa aku harus menunggumu?” tanya YeonMi lalu bersedekap.

 

“Aku punya kejutan untukmu” ujar RyeoWook yang mengundang tatapan curiga YeonMi.

 

RyeoWook masih memandang YeonMi dengan tatapan teduhnya, kedua sisi bibirnya tertarik ke atas.

Melihat sisi lain dari YeonMi hari ini, membuatnya sekali lagi jatuh pada gadis itu. Bahkan lebih jauh. Sisi keibuan yang gadis itu perlihatkan hari ini menyebabkannya untuk pertama kalinya merentangkan pikirannya begitu jauh, ia ingin mempercayakan gadis ini mengurus anak-anaknya.

Tapi.. Sungguh, ini hanyalah satu dari sekian alasan yang membuatnya berpikir bahwa gadis ini mengaggumkan dan memabukkan.

YeonMi memiliki banyak cara untuk membuatnya mabuk. Mendahului anggota keluarganya, hati RyeoWook sudah tercuri dan dirinya telah terlempar jauh ke dalam pusaran pesonanya. Gadis ini menimbulkan candu, ia kecanduan akan Shin YeonMi. Ia harus memastikan YeonMi selalu berada di sisinya.

 

“Baik. Aku akan memikirkannya” jawab YeonMi bercanda.

 

Tawa gadis itu adalah hal memabukkan yang paling disukainya. Dan saat itu juga, RyeoWook mengarahkan telapaknya untuk menutupi mata terpejam GeonWoo. Menggeser duduknya mendekati gadis adiktif itu dan melakukan kegiatan adiktif kesukaannya yang tak boleh dilihat anak kecil di tengah keheningan malam.

 

 

END

Tinggalkan komentar